Laman

Selasa, 03 Januari 2012

PSIM vs PSS : The Real Derby Mataram



Ibarat sayur tanpa garam,perteruan dua tim sekota dimana pun selalu diwarnai intrik dan adu gengsi yang melahirkan perseteruan Di eropa kita mengenal derby panas anatara Inter vs AC Milan,Liverpool lawan Everton yang dikenal sebagai derby mesersyde,Lazio lawan Roma, mau pun MU dengan City yang baru-baru ini sedang naik daun.Untuk dalam negeri duel derby tidak serta merta merupakan persaingan antara 2 tim dalam 1 kota namun bisa juga diantara 2 tim yang saling berdekatan meski pun berbeda daerah,contohnya yang paling terkenal adalah Persija dengan Persib,Arema lawan Persebaya.

Ada sebuah ungkapan di kalangan para suporter kalau laga derby adalah segalanya,boleh kalah mau pun tidak juara tapi kalo derby harus menang.Supporter fanatik pun memiliki kecenderungan memiliki kebencian berlebih terhadap tim-tim sekota atau dalam laga derby.Biasanya antar supporter dalam laga derby tersebut saling bermusuhan,saling ejek bahkan tidak jarang terlibat baku hantam.





Kota Jogja yang kelihatannya adem ayem saja ternyata juga memiliki laga derby yang layak untuk dinantikan.Saat ini Jogja memiliki tiga tim yaitu PSS Sleman (Divisi Utama),PSIM Jogja (Divisi Utama) dan Persiba Bantul (Liga Super),diantara ketiganya yang patut disebut sebagai the real derby mataram adalah pertandingan antara PSS Sleman dengan PSIM Jogja,bukan berarti Periba jelek ,malahan secara kualitas Persiba saat ini adalah tim paling kuat di daerah Jogja.



Laga antara PSIM lawan PSS bukanlah sekedar pertandingan biasa,melainkan adu gengsi selain itu keduanya sudah cukup lama terlibat perseturuan.Konflik diantara kedua belah supporter merupakan hal yang lazim ditemui.Bahkan di saat tidak saling berhadapan sekali pun sering terdengar yel-yel saling ejek masing-masing supporter.Jika masing-masing supporter melewati teritori lawan (misalnya PSS lewat daerah perkotaan atau sebaliknya),maka sering kali mendapat sambutan berupa lemparan batu atau malah terjadi tawuran.

Tidak jelas siapa yang sebenarnya memulai,namun berdasarkan pengamatan dan keterangan nara sumber,konflik antara supporter PSS dan PSIM mulai meruncing setelah penggunaan home base PSIM stadion Mandala Krida sebagai kandang PSS.
Menurut Adrian (22),salah seorang fans Slemania menilai pemakaian Stadion Mandala tersebut adalah awal mula permusuhan dari PSS dan PSIM."Setelah itu sering terjadi tawuran diantara keduanya,terlebih lagi kalo saling berhadapan”,lanjutnya.

PSS yang kala itu tengah naik daun dianjurkan untuk memindahkan markas mereka ke stadion Mandala Krida,hal ini dimaksudkan agar bisa menampun lebih banyak penonton dibandingkan stadion mereka yang lama,Tridadi.

Awalnya tidak ada masalah,PSS yang mencoba memposisikan diri sebagai tim nya daerah Jogja (seluruh Jogja tidak hanya Sleman) mendapat sambutan positif dari masyarakat.Namun lama-kelamaan entah karena apa dimulailah konflik dengan pendukung PSIM.Ada yang menyebut ini dikarenakan terdapat laskar-laskar kecil di dalam tubuh PSS yang sering mengeluarkan yel-yel anti PSIM,ada pula yang menyebutkan PSS suka tidak menghargai dengan mbleyer-mbleyer motor pada daerah tertentu,tapi ada pula yang merasa bahwa Mandala adalah miliki PSIM.

Menurut salah seorang fans PSIM,Ganal (25) yang salah satu hal yang menyebabkan buruknya hubungan suporter PSS dan PSIM adalah lantaran kedekatan PSS tehadap Pasoepati Solo.

“PSS tidak menghargai PSIM sebagai saudara tua,mereka malah dekat dengan Pasoepati yang sudah jelas dari dulu merupakan musuh PSIM”,ungkapnya
Hingga kini kedua supporter satu kota ini masih terlibat di dalam konflik,belum ada indikasi keduanya akan berdamai.Perdamaian pada tingkatan antar ketua mungkin bisa terjadi tapi untuk urusan akar rumpun nampak nya diperkirakan susah diwujudkan walau pun bukannya tidak mungkin.

Rengga (23),salah seorang anggota Ultras PSS mengungkapkan,massa arus bawah kadang susah dikontrol.”Akar rumput susah untuk diatur,karena pertama tidak terikat dan kedua sudah terlanjut kepati-pati dendamnya”,lanjut pria yang berprofesi sebagai karyawan hotel tersebut.


Laga keduanya yang terjadi pada dua tahun yang lalu di stadion Mandala Krida berakhir ricuh.Waktu itu pertandingan baru berjalan beberpa menit,polisi sudah menembakkan gas air mata ke arah supporter karena melihat situasi yang mengarah pada bentrokan yang lebih besar.Banyak yang mengecewakan tindakan represif polisi tersebut namun disisi lain hal ini menunjukan begitu sensitif nya laga antara PSS melawan PSIM sehingga layak untuk disebut sebagai The Real Derby Mataram....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar